Langit jingga mulai melukis cakrawala ketika Raka berdiri di tepi pantai, mengatur fokus kameranya. Ia sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba menangkap momen sempurna senja, tetapi selalu merasa ada yang kurang. Namun, sore itu berbeda. Ketika ia menekan tombol kamera, ia mendengar suara lembut di belakangnya.
“Indah, ya? Tapi kamu nggak akan pernah bisa menangkap seluruh ceritanya hanya lewat foto,” kata seorang gadis sambil duduk di atas batu besar.
Raka terkejut, tak menyangka ada orang lain di tempat yang biasanya sepi itu. Gadis itu tersenyum, rambutnya terurai ditiup angin senja. Dia membawa buku kecil di tangannya.
“Apa maksudmu?” tanya Raka.
“Senja itu punya banyak cerita. Warnanya, aromanya, bahkan suara ombaknya. Semua itu nggak cukup kalau cuma dipotret. Kamu harus merasakannya.”
Raka menurunkan kameranya dan memperhatikan gadis itu lebih saksama. “Kamu sering ke sini?”
“Setiap kali aku ingin melupakan sesuatu,” jawab gadis itu sambil memandangi laut. “Namaku Alana.”
Raka mengangguk pelan. “Raka.”
Hari itu menjadi awal dari pertemuan mereka. Sejak saat itu, setiap kali Raka datang ke pantai untuk memotret, ia selalu berharap bertemu Alana. Dan benar saja, Alana selalu ada di sana, duduk di atas batu favoritnya, menulis puisi di buku kecilnya.
“Kamu selalu menulis apa, sih?” tanya Raka suatu sore.
“Puisi tentang senja dan kenangan,” jawab Alana tanpa mengalihkan pandangan dari laut. “Buatku, senja itu seperti pengingat bahwa segala sesuatu yang indah pasti akan berlalu. Tapi, itu bukan hal yang buruk. Malam akan datang membawa harapan baru.”
Kata-kata Alana membuat Raka terdiam. Ia mulai merasa ada sesuatu yang berbeda tentang gadis itu—cara dia memandang dunia, cara dia berbicara tentang hidup. Setiap kalimatnya seperti teka-teki yang ingin ia pecahkan.
Suatu hari, saat senja mulai pudar, Raka memberanikan diri bertanya. “Kenapa kamu suka senja?”
Alana tersenyum samar, tapi kali ini ada kesedihan di matanya. “Karena senja adalah saat aku merasa paling dekat dengan mereka yang sudah pergi.”
“Mereka?”
Alana mengangguk. “Orangtuaku. Mereka meninggal dalam kecelakaan ketika aku masih kecil. Pantai ini adalah tempat terakhir kami bersama. Setiap kali aku melihat senja, aku merasa mereka masih ada di sini, bersamaku.”
Raka terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa foto-fotonya tidak lagi sekadar menangkap warna senja—melainkan juga perasaan.
Hari-hari berlalu, dan kedekatan mereka semakin erat. Raka mulai merasakan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Setiap senja, ia mendapati dirinya semakin menantikan senyuman Alana, suara lembutnya, dan cara dia membawa kehangatan di tengah dinginnya angin pantai.
Namun, suatu sore, Alana tidak datang. Raka menunggu hingga matahari tenggelam sepenuhnya, tetapi gadis itu tidak muncul.
Hari-hari berikutnya, Alana tetap tidak terlihat. Raka merasa ada kekosongan yang tak terjelaskan di hatinya. Ia mencoba mencari tahu, tetapi tidak ada yang mengenal gadis bernama Alana.
Seminggu kemudian, Raka kembali ke pantai, membawa foto-foto senja yang telah ia cetak. Ia berharap menemukan Alana untuk memberikannya. Saat ia duduk di atas batu besar—tempat favorit Alana—ia melihat sebuah buku kecil tertinggal di sana.
Itu adalah buku puisi Alana. Dengan hati-hati, ia membuka halaman pertama. Di sana tertulis:
"Untuk senja, yang selalu mengingatkanku pada cinta abadi."
Ketika ia membuka halaman terakhir, ia menemukan sebuah catatan:
"Jika suatu hari aku pergi, jangan bersedih. Karena aku tidak pernah benar-benar meninggalkan senja. Aku ada di setiap warna jingga, di setiap bisikan angin pantai. Terima kasih telah membuat hari-hariku lebih indah."
Air mata mengalir di pipi Raka. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Alana, tapi satu hal yang ia yakini: Alana telah mengajarkannya untuk melihat senja bukan hanya dengan mata, tetapi dengan hati.
Hari itu, untuk pertama kalinya, Raka mengambil foto senja tanpa merasa ada yang kurang. Karena ia tahu, Alana selalu ada di sana—di balik langit senja yang indah.
Tamat.
sumber: https://id.pinterest.com/pin/725361083767169435/
0 Comments