Kajian Puisi: Saat Hancur Lebih Dekat.

 


Antara Bertahan atau Melepaskan?

Cinta sering kali dipandang sebagai sesuatu yang indah dan membahagiakan, tetapi kenyataannya, cinta juga bisa menjadi perjalanan yang penuh luka dan ketidakpastian. Dalam  puisi ini  yang terinspirasi dari lagu Taruh karya Nadin Amizah, kita diajak untuk merenungkan tentang makna cinta yang sesungguhnya—bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang memahami kapan harus melepaskan.

Cinta Bukan Tentang Siapa yang Bertahan Paling Lama

Banyak orang berpikir bahwa cinta sejati adalah cinta yang mampu bertahan dalam segala kondisi. Namun, apakah benar ukuran cinta hanya terletak pada seberapa lama seseorang bertahan? Dalam puisi ini, disampaikan bahwa mencintai bukan tentang menahan luka atau memaksakan kebahagiaan di atas air mata. Bertahan dalam hubungan yang sudah tidak sehat bukanlah bukti kekuatan, melainkan bisa jadi sebuah bentuk kelemahan.

Cinta yang sehat adalah cinta yang tidak menuntut pengorbanan berlebihan. Jika bertahan justru membuat seseorang kehilangan dirinya sendiri, mungkin melepaskan adalah pilihan yang lebih baik.

Cinta yang Datang Tanpa Permisi

Salah satu bagian yang menarik dari puisi ini adalah bagaimana cinta digambarkan sebagai sesuatu yang datang tanpa diketuk. Dalam kehidupan nyata, kita sering kali jatuh cinta tanpa direncanakan. Terkadang, cinta memberikan harapan besar, tetapi di sisi lain, cinta juga bisa membawa kekecewaan dan meruntuhkan kepercayaan.

Seperti angin kencang, cinta tidak bisa dikendalikan. Kita tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta, begitu juga kita tidak bisa memaksa seseorang untuk tetap tinggal. Hal ini mengajarkan kita bahwa cinta bukan tentang memiliki, tetapi tentang merasakan dan menerima.

Memperbaiki atau Melepaskan?

Dalam puisi ini juga ditekankan bahwa memperbaiki sesuatu yang sudah retak membutuhkan lebih banyak tenaga dibandingkan membiarkannya hancur. Ini bisa diartikan sebagai perjuangan dalam hubungan yang bermasalah. Ada kalanya kita berusaha memperbaiki keadaan, tetapi semakin lama kita bertahan, semakin besar rasa lelah yang kita rasakan.

Banyak orang terjebak dalam hubungan yang sudah tidak sehat karena takut kehilangan, bukan karena masih ada kebahagiaan di dalamnya. Namun, apakah lebih baik terus berjuang dalam hubungan yang penuh luka, ataukah merelakan demi ketenangan hati?

Cinta Tidak Perlu Sempurna untuk Berarti

Pada akhirnya, puisi ini memberikan pesan yang kuat: cinta tidak harus sempurna untuk tetap bermakna. Meskipun cinta bisa membawa luka, bukan berarti cinta itu sendiri adalah sesuatu yang buruk. Justru, dari luka itu kita belajar tentang makna ketulusan, keikhlasan, dan bagaimana mencintai tanpa harus memiliki.

Seperti yang dikatakan dalam lagu Taruh, sering kali kita bertanya, "Aku kau taruh di mana?"—menunjukkan kebingungan dalam sebuah hubungan yang tak pasti. Namun, pada akhirnya, bukan tentang di mana posisi kita dalam cerita seseorang, tetapi tentang bagaimana kita belajar dari setiap rasa yang pernah ada.

Kesimpulan

Puisi ini mengajak kita untuk memahami bahwa cinta bukan sekadar soal bertahan atau melepaskan, tetapi tentang menemukan keseimbangan antara keduanya. Tidak semua cinta harus diperjuangkan sampai habis, dan tidak semua perpisahan berarti akhir dari segalanya.

Mungkin cinta memang tidak selalu mudah, tetapi selama kita masih bisa merasakannya, ia tetap memiliki arti. Sebab cinta, dalam segala bentuknya, selalu meninggalkan jejak—baik dalam kenangan, luka, maupun pelajaran hidup yang berharga.


sumber : https://id.pinterest.com/pin/949696640173679055/

Post a Comment

0 Comments