Cincin yang Tak Pernah Kuselipkan

Aku pernah berdiri di ambang pintu,

melihat masa depan seperti bayangan samar.
Ada janji yang nyaris terucap,
ada cinta yang tak sempat diikat.

Kita bicara tentang hari esok,
tentang rumah dengan jendela lebar,
tentang senja yang akan kita nikmati,
tapi waktu memilih arah yang lain.

Bukan karena aku tak ingin,
bukan karena kau ragu,
tapi tak semua cinta harus berakhir
di jemari yang melingkar cincin.

Mungkin kisah ini tetap indah,
meski tanpa ikrar di hadapan dunia.
Sebab tidak semua yang tak berlanjut
harus disebut sebagai sia-sia.

Post a Comment

0 Comments